Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjajaki peluang peningkatan kerja sama perdagangan dengan Nigeria melalui perjanjian perdagangan preferensial (PTA). Pengumuman tersebut disampaikan saat pertemuan bilateral dengan Menteri Perindustrian Republik Federal Nigeria, Doris Nkiruka Uzoka-Anite, di Turki pada Rabu, 12 Juni 2024.
Pertemuan bilateral tersebut berlangsung pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-3 Komite Perundingan Perdagangan TPS-OIC (TNC) dan Pertemuan Informal Menteri Perdagangan D-8. Selama lima tahun terakhir, perdagangan antara Indonesia dan Nigeria terus meningkat, meningkat sekitar 30 persen. Perekonomian Indonesia telah tumbuh lebih dari 5 persen, dengan tingkat inflasi tetap di bawah 3 persen, dan PDB sebesar USD 1.4 triliun.
Pada tahun 2023, investasi Nigeria di Indonesia berjumlah USD 438.6 ribu, dengan total 44 proyek. Angka ini mewakili Naik 12 persen dibandingkan tahun 2022 yang total investasinya mencapai USD 391 ribu di 12 proyek. Meningkatnya hubungan perdagangan antara kedua negara menandakan prospek positif bagi kerja sama ekonomi di masa depan.
Salah satu tokoh kunci dalam upaya ini adalah Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, yang proaktif dalam menjajaki peluang baru untuk kolaborasi perdagangan dengan Nigeria. Kesediaannya untuk terlibat dalam diskusi bilateral dan menegosiasikan perjanjian perdagangan preferensial menunjukkan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat hubungan dengan negara Afrika.
Selain itu, Menteri Perindustrian Doris Nkiruka Uzoka-Anite memainkan peran penting dalam mendorong pengembangan industri di Nigeria dan mencari peluang perluasan perdagangan dengan Indonesia. Partisipasinya dalam pertemuan bilateral tersebut menandakan minat Nigeria dalam meningkatkan kerja sama ekonomi dan menjajaki kemitraan yang saling menguntungkan dengan Indonesia.
Potensi dampak perjanjian perdagangan preferensial (PTA) antara Indonesia dan Nigeria bisa sangat besar. Dengan mengurangi tarif atas pertukaran barang antara kedua negara, hambatan perdagangan akan diturunkan, sehingga memudahkan dunia usaha untuk terlibat dalam perdagangan lintas batas. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan volume perdagangan, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi bagi kedua negara.
Namun, ada juga potensi tantangan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Negosiasi PTA memerlukan pertimbangan cermat terhadap kebijakan perdagangan, kerangka peraturan, dan prioritas ekonomi masing-masing negara. Memastikan bahwa perjanjian tersebut adil dan merata bagi kedua belah pihak akan sangat penting bagi keberhasilannya.
Selain itu, faktor geopolitik, volatilitas pasar, dan peristiwa ekonomi yang tidak terduga dapat berdampak pada penerapan PTA dan hubungan perdagangan secara keseluruhan antara Indonesia dan Nigeria. Penting bagi kedua negara untuk tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan keadaan untuk memaksimalkan manfaat perjanjian.
Ke depan, masa depan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Nigeria cukup menjanjikan. Dengan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya kedua negara, peluang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bersama dapat terwujud. Dialog yang berkelanjutan, kolaborasi, dan komitmen terhadap tujuan bersama akan menjadi kunci untuk membina kemitraan yang sukses dan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
Upaya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dan Menteri Perindustrian Doris Nkiruka Uzoka-Anite untuk menjajaki kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Nigeria melalui perjanjian perdagangan preferensial patut diapresiasi. Dengan memanfaatkan momentum positif dari diskusi bilateral dan membangun hubungan perdagangan yang sudah ada, kedua negara akan memperoleh manfaat dari peningkatan hubungan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Dengan perencanaan yang matang, kerja sama strategis, dan komitmen bersama untuk mencapai kesuksesan bersama, Indonesia dan Nigeria dapat membuka jalan bagi masa depan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang cerah.