Volodymyr Zelensky Akui Pasukan Membelot Mencapai 200.000 Tentara Ukraina

Volodymyr Zelensky Akui Pasukan Membelot Mencapai 200000 Tentara Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengakui bahwa kasus pembelotan di militer telah meningkat pada tahun 2024 akibat kelelahan perang yang semakin terasa dan kekurangan pasukan cadangan. Berita tentang tentara yang membelot dari pos mereka tanpa izin semakin sering muncul di media dalam beberapa bulan terakhir karena pasukan Rusia intensif dalam operasi mereka di Donbass.

Pada bulan November, AP melaporkan bahwa 100.000 tentara Ukraina secara resmi didakwa dengan pembelotan. Namun, perkiraan menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya bisa dua kali lipat atau mencapai 200.000 tentara. Selama wawancara televisi di Telemarathon Ukraina pada hari Kamis (2/1/2025), Zelensky mengakui masalah ini. Meskipun pembelotan meningkat secara signifikan tahun lalu, Zelensky menyatakan bahwa tren tersebut mulai melambat sejak puncaknya di musim gugur.

“Kasus pembelotan memang meningkat pada tahun 2024, tetapi sejak September atau Oktober, jumlahnya mulai menurun,” ujar Zelensky. Dia menjelaskan, “Perang yang panjang adalah perang yang melelahkan. Rakyat kami bertahan, namun kelelahan mulai dirasakan di mana-mana.” Zelensky juga menyoroti kurangnya bala bantuan sebagai faktor utama yang mempengaruhi kasus pembelotan.

Menurut laporan Financial Times, salah satu penyebab tingginya angka desersi di militer adalah kurangnya rotasi, sehingga beberapa prajurit melihat desersi sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan bantuan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Ukraina telah mendekriminalisasi pelanggaran desersi bagi prajurit yang kembali bertugas pada 1 Januari 2024.

Masalah ini semakin diperparah dengan kampanye wajib militer Ukraina yang sedang berjuang. Awal tahun ini, Kiev menurunkan usia mobilisasi menjadi 25 tahun dan meningkatkan hukuman bagi mereka yang menghindari wajib militer. Video tentang upaya agresif oleh petugas wajib militer untuk menangkap orang telah menyebar di media sosial, yang kemudian memicu reaksi keras.

Amerika Serikat, sebagai pendukung militer terbesar Ukraina, telah mendorong Kiev untuk menurunkan usia wajib militer menjadi 18 tahun. Media Ukraina dan beberapa diplomat Rusia berspekulasi bahwa Zelensky dapat menggunakan langkah ini sebagai alat tawar-menawar yang potensial.

Dalam mengatasi masalah pembelotan ini, Zelensky menegaskan pentingnya untuk memperbaiki kondisi pasukan militer, memberikan dukungan yang memadai, dan memperbaiki sistem rotasi prajurit. Dia juga menekankan pentingnya untuk memperhatikan kesejahteraan mental dan fisik prajurit, serta memberikan motivasi yang kuat kepada mereka.

Dengan langkah-langkah yang tepat dan dukungan yang memadai, diharapkan masalah pembelotan di militer Ukraina dapat diminimalisir dan situasi keamanan negara dapat lebih terjamin di masa depan.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *