Pemerintah Timor Leste telah menarik perhatian dengan mengeluarkan dana sebesar $12 juta atau sekitar Rp185 miliar untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus di ibu kota Dili. Meskipun langkah ini mendapat kritik dari beberapa kelompok HAM, seperti Lao Hamutuk, karena dianggap terlalu besar mengingat kondisi ekonomi negara yang sedang sulit.
Sebagian dana tersebut digunakan untuk membangun altar Misa Suci sebesar $1 juta oleh Perusahaan Carya Timor. Selain itu, dana juga dialokasikan untuk pengembangan jalan, renovasi gereja, dan fasilitas umum lainnya. Menurut Menteri Tata Usaha Negara Tomas Cabral, hal ini penting untuk mempersiapkan kedatangan tamu negara tingkat tinggi seperti Paus Fransiskus.
Namun, peneliti di Lao Hamutuk, Mariano Fereira, menyatakan bahwa anggaran tersebut terlalu fantastis jika dibandingkan dengan alokasi tahunan untuk meningkatkan produksi pangan. Anggaran untuk produksi pangan hanya sekitar $4,7 juta, sementara dana untuk menyambut Paus Fransiskus mencapai $12 juta.
Meskipun begitu, kunjungan Paus Fransiskus ke Timor Leste dalam rangka perjalanan apostolik di Asia-Pasifik tetap berlangsung dengan sukses. Ribuan orang hadir dalam Misa Suci yang dipimpin olehnya di Tasitolu, menunjukkan antusiasme dan dukungan yang besar dari masyarakat.
Timor Leste memang merupakan salah satu negara termiskin di dunia, di mana sebagian besar penduduknya hidup dalam kemiskinan. Inflasi yang tinggi akibat perubahan cuaca telah membuat produksi sereal menurun, menyebabkan ratusan ribu orang mengalami kelaparan.
Meskipun ada pro dan kontra terkait pengeluaran dana untuk menyambut Paus Fransiskus, penting bagi pemerintah untuk tetap fokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi masalah kemiskinan. Semoga kunjungan Paus Fransiskus dapat memberikan inspirasi dan harapan baru bagi rakyat Timor Leste dalam menghadapi tantangan yang ada.