Enam orang meninggal setelah hujan lebat memicu banjir bandang dan tanah longsor di sudut terpencil timur laut India pada Jumat (14/6/2024), menyisakan lima orang hilang di daerah yang terkena dampak di Sikkim, sebuah negara bagian di kaki bukit Himalaya yang menimpanya Cina dan populer di kalangan turis India. Peristiwa tragis ini mengguncang masyarakat lokal dan menunjukkan kegagalan infrastruktur untuk menangani bencana alam yang melanda.
Pejabat senior pemerintah negara bagian, Gopinath Raha, mencatat bahwa banjir udara dari sungai Teesta telah merusak jalan dan jembatan, menyebabkan lebih dari 1.500 orang terdampar. Situasi semakin rumit ketika inspektur polisi distrik Mangan, Sonam Dichu, menyatakan bahwa beberapa bagian dari negara bagian ini terputus dari bagian lainnya, upaya upaya penyelamatan dan bantuan.
Badan bencana negara bagian Sikkim gencar berupaya dalam operasi penyelamatan, meskipun kerusakan pada jaringan telepon seluler lokal menghambat koordinasi dan komunikasi yang efektif. Hal ini menimbulkan tantangan tambahan dalam penanganan korban dan evakuasi daerah yang terdampak.
Di sisi positifnya, reaksi cepat pemerintah dan lembaga bencana setempat menunjukkan bahwa mereka memiliki protokol darurat yang siap digunakan dalam situasi darurat. Dukungan relawan dan tim penyelamat dari daerah sekitar juga memberikan harapan untuk penanggulangan bencana yang lebih efektif di masa mendatang.
Namun, dari sisi negatifnya, kejadian ini mengungkapkan kerentanan infrastruktur di daerah terpencil dan perluasan kemampuan bencana alam, baik dalam hal peringatan dini, pemberitahuan, maupun pemulihan pascabencana. Kurangnya rencana mitigasi bencana yang komprehensif dapat meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap ancaman alam yang sering kali tidak terduga.
Mengingat potensi peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, penting bagi pemerintah untuk melakukan investasi yang berkelanjutan dalam infrastruktur dan kemampuan bencana untuk melindungi warga negara dan meminimalkan dampak buruk dari kejadian seperti ini.
Kejadian ini adalah pengingat keras akan pentingnya kesiapan dan mitigasi bencana dalam menghadapi ancaman alam yang dapat mematikan. Diperlukan kerjasama antarbadan bencana, institusi pemerintah, masyarakat sipil, serta sektor swasta untuk membangun ketangguhan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana alam di masa mendatang. Tahap pemulihan dan rekonstruksi pascabencana juga akan menjadi ujian bagi kelaparan dan ketahanan infrastruktur negara bagian Sikkim. Semoga tragedi ini membawa pembelajaran berharga bagi semua pihak dan mendorong langkah-langkah preventif yang lebih proaktif untuk melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat di masa depan.