Seorang tentara Ukraina diduga tewas dieksekusi oleh pasukan Rusia dengan pedang bertuliskan “untuk Kursk” tertancap di dadanya. Pemerintah Kyiv telah meluncurkan investigasi atas apa yang mereka sebut sebagai “aksi barbarisme lain” oleh Moskow. Foto tentara Kyiv yang diduga dieksekusi telah menjadi viral di Telegram, memicu kemarahan di kalangan warga Ukraina yang menyerukan keadilan untuk militer Rusia atas kejahatan perang yang dilakukan.
Foto tersebut menunjukkan tentara Kyiv terbaring di jalan yang dipenuhi puing-puing, dengan pedang bergaya abad pertengahan tertancap di dadanya. Tangan sang tentara yang berlumuran darah diikat dengan lakban. Dugaan eksekusi ini diduga sebagai balasan atas serangan Ukraina ke wilayah perbatasan Rusia di Kursk, yang merupakan invasi asing pertama ke wilayah Rusia sejak Perang Dunia II.
Jaksa Agung Ukraina, Andriy Kostin, mengutuk dugaan eksekusi tersebut sebagai tindakan kejam dan brutal yang dilakukan oleh Rusia. Dia menyatakan bahwa Rusia terus melenyapkan segala hal yang berhubungan dengan Ukraina dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Kantornya telah memulai penyelidikan kriminal terhadap dugaan eksekusi tersebut.
Menurut Komisaris Hak Asasi Manusia Ukraina, Dmytro Lubinets, dugaan eksekusi ini merupakan pelanggaran Konvensi Jenewa tentang Perlakuan terhadap Tahanan Perang. Lubinets mengecam tingkat kebiadaban dan haus darah yang tidak masuk akal dalam tindakan tersebut.
Sementara itu, Kremlin belum memberikan komentar mengenai dugaan eksekusi tersebut. Ukraina sedang menyelidiki sekitar 130.000 kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh pasukan Rusia sejak invasi dimulai pada Februari 2022. Kostin menyebutkan bahwa upaya tersebut merupakan bagian dari usaha Kyiv untuk mendokumentasikan tindakan Rusia.
Para aktivis hak asasi manusia percaya bahwa skala penuh dari pelanggaran tersebut akan terungkap di masa depan dan telah mendorong kekuatan internasional untuk mengidentifikasi para pelaku. Rusia terus mengintensifkan upayanya untuk mengusir pasukan Ukraina dari Kursk, sambil berusaha untuk mengembangkan militer negaranya menjadi yang terbesar kedua di dunia setelah China.
Rusia juga membuat kemajuan menuju Pokrovsk, tempat dugaan eksekusi terjadi. Dalam pembaruan militer, Ukraina melaporkan telah berhasil menggagalkan 40 serangan Rusia di dekat Pokrovsk selama 24 jam sebelumnya, dengan pertempuran paling sengit terjadi di dekat Hrodivka dan Novohrodivka.