Dalam menghadapi pemilihan umum yang mendekati di Afrika Selatan, suara keprihatinan muncul atas kurangnya konsep ubuntu dalam politik negara tersebut. Munera Mokgoko, seorang pria berusia 33 tahun yang lahir setelah berakhirnya rezim apartheid, mengekspresikan ketidakpercayaannya terhadap kemajuan menuju visi kesetaraan sosial dan solidaritas pan-Afrika yang dicanangkan oleh Nelson Mandela.
Dalam wawancara eksklusif, Mokgoko, yang baru berusia tiga tahun ketika apartheid runtuh, menggambarkan kekhawatirannya terhadap pergeseran politik di Afrika Selatan. Dia mencatat bahwa negara tersebut belum sepenuhnya memperjuangkan prinsip-prinsip ubuntu, sebuah konsep Zulu yang mencerminkan kemanusiaan dan kesetaraan.
“Munera Mokgoko baru berusia tiga tahun ketika apartheid jatuh. Dia hampir tidak dapat mengingat, apalagi membayangkan, besarnya harapan yang menyertai pembebasan Kulit Hitam tiga dekade lalu, yang dibentuk oleh visi Nelson Mandela tentang kesetaraan sosial dan solidaritas pan-Afrika,” ungkapnya.
Keprihatinan Mokgoko terkait dengan janji kampanye dari Kongres Nasional Afrika (ANC), partai yang berkuasa di Afrika Selatan, untuk menindak migran tidak berdokumen dari benua Afrika lainnya. Dia menegaskan bahwa tindakan semacam itu bertentangan dengan semangat persatuan dan kesetaraan yang seharusnya diusung oleh negara yang baru saja melalui masa transformasi sejarahnya.
Dengan pemilu yang semakin mendekat, suara seperti Mokgoko menyoroti pertanyaan-pertanyaan yang lebih luas tentang arah politik dan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh masyarakat Afrika Selatan. Apakah negara itu akan memperjuangkan prinsip-prinsip kesetaraan, kemanusiaan, dan solidaritas, ataukah akan melangkah mundur dari visi Mandela yang pernah mengilhami dunia?
Dalam sebuah pernyataan yang kuat, Mokgoko menegaskan, “Afrika Selatan tidak punya ubuntu.” Komentar ini menjadi titik sentral dalam perdebatan tentang identitas politik dan moralitas yang sedang berlangsung di negara tersebut saat ini.
Sementara itu, ANC dan partai politik lainnya diharapkan untuk memberikan jawaban yang jelas terkait kekhawatiran ini dalam kampanye mereka menuju pemilihan umum yang akan datang, sambil mencari konsensus yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan kesetaraan dalam bangsa yang beragam ini.