Beijing merasa kesal setelah kapal perang Jerman mendekati wilayah China dengan melintasi Selat Taiwan pada Jumat. Mereka menganggap tindakan tersebut sebagai provokasi yang menyamar sebagai kebebasan navigasi. Selat Taiwan, yang menjadi pemisah antara China dan Taiwan, memang sangat sensitif. Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang memberontak, sehingga mereka juga mengklaim selat tersebut sebagai wilayah kedaulatannya.
Taiwan, meskipun hanya diakui sebagai negara berdaulat oleh 12 negara di dunia dan mematuhi kebijakan Satu China di atas kertas, tetap menolak klaim China. Amerika Serikat dan negara NATO lainnya telah lama menjaga hubungan tidak resmi dengan Taiwan sebagai bentuk dukungan. Kementerian Pertahanan Taiwan sendiri telah mengonfirmasi bahwa kapal perang Jerman telah melintasi Selat Taiwan dari utara ke selatan, yang merupakan peristiwa pertama dalam 22 tahun terakhir.
Juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Kapten Senior Li Xi, menyatakan bahwa tindakan Jerman meningkatkan risiko keamanan dan mengirimkan sinyal yang salah. Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menegaskan bahwa isu Taiwan bukanlah tentang kebebasan navigasi, melainkan tentang kedaulatan dan integritas teritorial China. Menurutnya, Beijing menghormati hak negara lain untuk berlayar di perairan internasional sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut, namun mereka menentang tindakan provokatif dengan dalih kebebasan navigasi.
Kedutaan Besar China di Berlin juga mengklarifikasi bahwa perairan di Selat Taiwan termasuk dalam wilayah internal, teritorial, bersebelahan, dan ekonomi eksklusif China. Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menjelaskan bahwa perairan internasional adalah hak bagi siapa pun untuk melewatinya, terutama jika itu adalah rute terpendek dan teraman mengingat kondisi cuaca.
Meskipun China telah memprotes berulang kali, AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Prancis tetap mengirim kapal perang melintasi Selat Taiwan pada beberapa kesempatan. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan antara China dan negara-negara Barat masih terus berlanjut, terutama terkait dengan isu Taiwan.
Dalam situasi yang semakin tegang ini, penting bagi semua pihak untuk tetap tenang dan menjaga dialog yang konstruktif. Provokasi dan tindakan unilateral hanya akan memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko konflik. Semoga semua pihak dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan dan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.