Eriko Sotarduga (Ketua DPP PDIP) mengindikasikan kerjasama dengan PKB dalam Pilkada Jawa Timur. Jika hal ini dilakukan, kedua partai tersebut mempersiapkan lawannya untuk pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak. Eriko menyampaikan keyakinannya tentang kekuatan yang dimiliki PDIP dan PKB di Jawa Timur. Dia percaya bahwa dengan jumlah kursi DPRD yang cukup banyak, kedua partai tersebut dapat bekerjasama untuk menghadapi Pilkada Jawa Timur dengan kuat. Selain itu, Eriko juga menyebut PDIP memiliki banyak kader potensial, seperti Sekretaris Kabinet Pramono Anung, yang bisa diusung sebagai calon gubernur Jawa Timur pada tahun 2024.
Dalam konteks sejarah, PDIP dan PKB memiliki sejarah panjang dalam politik Indonesia. PDIP didirikan oleh Megawati Soekarnoputri dan merupakan salah satu partai politik terbesar di Indonesia. Sedangkan PKB, yang merupakan singkatan dari Partai Kebangkitan Bangsa, berdiri setelah bubar NU yang disebabkan oleh Rezim Orde Baru. Meskipun kedua partai memiliki sejarah yang berbeda, namun keduanya telah bekerja sama dalam beberapa kesempatan terutama dalam pemerintahan Jokowi. Partai kedua ini memiliki basis massa yang kuat di Jawa Timur dan memiliki peran yang signifikan dalam politik Indonesia.
Pernyataan Eriko Sotarduga menjadi sorotan dari berbagai kalangan, baik dari pihak internal maupun eksternal. Beberapa pihak mendukung ide kerjasama antara PDIP dan PKB di Pilkada Jawa Timur, mengingat potensi kemenangan besar yang bisa mereka dapatkan dengan rekanan. Dengan mengusung calon yang kompeten dan populer seperti Pramono Anung, kedua partai tersebut diyakini dapat membentuk pasangan yang kuat dan dapat bersaing dengan pasangan Khofifah-Emil dalam Pilkada nanti. Sebaliknya, ada juga pihak yang skeptis terhadap ide tersebut, mengingat perbedaan ideologi dan kebijakan antara PDIP dan PKB. Beberapa pihak memandang bahwa kerja sama antara kedua partai tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan dan merugikan pemilih di Jawa Timur.
Jika kerjasama antara PDIP dan PKB terwujud dalam Pilkada Jawa Timur, hal ini bisa berdampak pada dinamika politik di daerah tersebut.Pasangan Khofifah-Emil yang saat ini menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam meraih kembali posisi mereka. Dengan dukungan dari dua partai besar seperti PDIP dan PKB, pasangan Khofifah-Emil harus menghadapi persaingan yang lebih ketat dan strategis. Sebaliknya, jika perjanjian ini gagal terwujud, maka akan mempengaruhi kekuatan politik kedua partai tersebut di daerah tersebut. Oleh karena itu, langkah-langkah strategi yang diambil oleh PDIP dan PKB dalam Pilkada Jawa Timur akan menjadi faktor penentu dalam perpolitikan Jatim dan Indonesia pada umumnya.